x2023-06-GIT-Gabungan-Ags-Des-11

“Tradisi Mistis, Pariwisata Modern” Tim FISIP Untag 1945 Banyuwangi Rilis Temuan Inovatif Kebijakan Pariwisata

9afa2cc168221109f8aa1dbe8002b224
lingkarj | 122 views

Oct 10, 2025

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi merampungkan penelitian Kebijakan Kepariwisataan di Banyuwangi. Penelitian tersebut di ketuai Safrieta Jatu Permatasari

Tuntutan tri dharma perguruan tinggi, dosen tidak hanya melakukan pendidikan (pembelajaran) saja, tapi juga melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Sumber daya perguruan tinggi yang aktif dalam penelitian cenderung punya reputasi lebih baik, dan siap berdaya saing pada kancah nasional maupun internasional.

Prinsip tersebut menjadi landasan dosen dan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi merampungkan penelitian Kebijakan Kepariwisataan di Banyuwangi. Penelitian tersebut di ketuai Safrieta Jatu Permatasari, S.IP., M.Si., anggota Herwin Kurniadi, S.Sos., M.Si, dan tim pengumpul data dari unsur mahasiswa bernama M. Rendy Agung Octaviyanto dan Henny Listyastuti. 

Penelitian yang dilaksanakan sejak Juni 2025 tersebut merupakan hibah bersaing dari skema Penelitian Dosen Pemula (PDP) dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek) Republik Indonesia. Penelitian dengan judul “Integrasi Tradisi Mistis dalam Inovasi Kebijakan Kepariwisataan Berkelanjutan di Kabupaten Banyuwangi,” mendapat stimulus anggaran sejumlah Rp. 44.120.000,00.

Tim peneliti FISIP Untag 1945 Banyuwangi memotret bahwa ada perbedaan signifikan antara kepariwisataan di Banyuwangi dengan daerah-daerah lainnya. Tidak hanya tentang kepariwisataan dengan memanfaatkan keindahan alam maupun kepariwisataan buatan, tapi lebih dari itu, yaitu keberadaan masyarakat adat yang punya keunikan tradisi yang diantaranya berbasis mistis.

Tradisi unik yang ada, seperti: Seblang untuk bersih desa, Barong Ider Bumi untuk tolak bala, Mepe Kasur untuk menolak penyakit dan simbol kelanggengan, Kebo-keboan untuk permohonan keselamatan dan berhasil panen, Gredoan untuk pencarian jodoh, Puter Kayun untuk napak tilas leluhur, Mantu Kucing untuk minta hujan, Ngerujaki agar panen berlimpah, Mocoan Lontar Yusuf untuk memohon keberkahan, Petik Laut untuk keselamatan dan keberkahan, hingga Meras Gandrung untuk ritual penanda penari gandrung siap tampil.

 “Keberadaan tradisi mistis di Banyuwangi merupakan bagian integral identitas budaya lokal yang terus hidup di tengah arus modernisasi. Masyarakat adat Banyuwangi tidak hanya memaknai tradisi sebagai warisan leluhur, tetapi juga sebagai pranata sosial yang menjaga harmoni antara kehidupan nyata dan nilai spiritual,” ujar Safrieta.

Berbagai kemasan kepariwisataan melalui model ragam festival yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang berkolaborasi dengan masyarakat adat sangat efektif mengundang-hadirkan wisatawan domestik dan mancanegara, serta berhasil mendongkrak pendapatan atau kesejahteraan bagi masyarakat maupun PAD.

Herwin menambahkan, “kerja kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang berkolaborasi dengan masyarakat adat tersebut menempatkan inovasi tidak hanya merevitalisasi tradisi, tetapi strategi mengelola dan melindungi ragam keunikan tradisi yang dimiliki dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.”

Ungkapan Herwin tersebut sejalan dengan ragam inovasi kepariwisataan yang terus disuguhkan oleh Pemerintah kabupaten Banyuwangi, seperti: sendra tari Jaran Goyang, sendra tari masal Gandrung Sewu, karnaval busana budaya kontemporer Banyuwangi Ethno Carnival, karnaval ragam budaya Lokal Festival Kuwung, hingga UMKM jajanan khas dalam Pasar Kampung Kupat maupun pasat wit-witan.

“Meski memberi dampak positif, kami berharap inovasi kebijakan kepariwisataan berbasis tradisi mistis terus dipertahankan agar berpijak pada aspek keterbukaan dan berkelanjutan dengan mengikut-sertakan model partisipasi aktif semua pihak, sehingga linier dengan Tujuan 1 dan 10 dalam SDGs, serta Tujuan 6  dan 8 dalam Asta Cita.” Pungkas Safrieta.

Post Views : 122 views

Posted in

Berita Lainnya

Baca Juga

Selama Libur Lebaran, Pulau Merah jadi Primadona Wisatawan

Banyuwangi – Pantai Pulau Merah atau Red…

DPRD Banyuwangi Upayakan Mengalokasi 10% Pendapatan Opsen Pajak untuk Pembangunan Jalan Umum

Lingkarjawa.com – DPRD Banyuwangi mendesak pemerintah daerah…

Melalui SIPRADA, DPRD Banyuwangi Tingkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembuatan Perda

Banyuwangi – DPRD Banyuwangi mengajak masyarakat terlibat…

Forum Teknik Sipil Indonesia Mengkaji Pendekatan Inovatif Banyuwangi terhadap Arsitektur Lokal

Lingkarjawa.com – Banyuwangi dikenal sebagai daerah yang…

Dorong Desa Tematik, Disperikan Banyuwangi Tebar 4.000 Benih Nila di Lahan Mina Padi

Banyuwangi – Upaya pengembangan sektor perikanan terus…

Pos Populer

Pengunjung

Pengunjung Hari Ini: 352

Kunjungan Hari Ini:  353

Total Pengunjung: 38317

Total Kunjungan: 45860

Pengunjung Online: 6